Bacaan Zikir Setelah Shalat

Sampaikan Walau Satu Ayat

berdoa-2Bacaan Zikir Setelah Shalat

arsip fiqih

Seseorang dituntut agar melaksanakan Shalat seperti Shalatnya Nabi sesuai dengan sabdanya, “Sholluu Kamaa Roatumuuni Usholli” (Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sedang Shalat). Karena beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan zikir jika telah selesai Shalat, maka kita juga mengerjakannya, meskipun tidak mampu selengkap beliau.

Zikir-zikir yang di baca Nabi saw setiap selesai Shalat banyak sekali, baik yang diriwayatkan dengan sanad yang dhaif/lemah ataupun yang diriwayatkan dengan sanad yang shahih (kuat). Adapun zikir-zikir yang diriwayatkan dengan sanad yang shahih itu di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Membaca ‘Istighfar’ (Astaghfirullah/Aku mohon ampunan kepada Allah 3 kali dan membaca, ‘Allahumma antas salaam waminkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroomi’ (Ya Allah Engkaulah Dzat Yang Selamat dari kekurangan dan cacat dan dari Engkaulah keselamatan itu, Maha Suci Engkau wahai Dzat Yang Maha Kaya dan Maha Sempurna).

Hal itu sesuai dengan hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Tsauban ra…

Lihat pos aslinya 773 kata lagi

Shalat-Shalat Sunnah

Sampaikan Walau Satu Ayat

siluet sholatShalat-Shalat Sunnah

arsip fiqih

Shalat-Shalat sunnah sangat banyak, yaitu Shalat sunnah rawatib (Shalat sunnah yang mengiringi Shalat fardhu), Shalat witir, Shalat dua hari raya, Shalat gerhana matahari dan gerhana bulan, Shalat istisqa’, Shalat malam (tahajjud), Shalat dhuha, Shalat Tarawih dll.

Dianjurkannya Shalat-Shalat sunnah tersebut tidak lain hanya semata-mata untuk menyempurnakan kekurangan yang ada pada Shalat fardhu yang telah dilakukan seorang muslim dan untuk meningkatkan pendekatan diri kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Tamim ad-Daari, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Yang pertama kali dihisab oleh Allah SWT dari seorang hamba adalah Shalatnya. Jika Shalatnya sempurna (benar dan baik), maka ditulislah pahala sempurna untuknya dan apabila dia tidak menyempurnakan Shalat tersebut (melakukannya dengan benar dan baik), maka Allah SWT berfirman kepada para malaikatnya: ‘Lihatlah, apakah kalian menemukan Shalat sunnah yang dilakukan hambaku untuk menyempurnakan Shalat fardhunya’?” (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan al-Hakim).

Kemudian, Shalat-Shalat…

Lihat pos aslinya 1.444 kata lagi

Shalat Sunnah Dhuha

Sampaikan Walau Satu Ayat

siluet sholatShalat Sunnah Dhuha

arsip fiqih

Salah satu di antara sekian banyak Shalat sunnah -setelah Shalat sunnah tahajjud/qiyamul lail- adalah Shalat dhuha. Ia merupakan Shalat sunnah yang sering dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah sendiri melakukannya sampai delapan raka’at. Mengenai keutamaannya, waktunya, hukumnya dan jumlah rakaatnya, akan diuraikan sebagai berrikut.

Keutamaannya

Dari Abu Dzarr ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah masing-masing di antara kalian setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka, setiap bacaan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (laa Ilaha illallahu) adalah sedekah, setiap takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang keburukan adalah sedekah dan sebagai ganti dari semua itu, cukuplah mengerjakan dua rakaat Shalat dhuha.” (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud).

Dari Abu Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Dalam tubuh manusia itu terdapat tiga ratus enam puluh ruas tulang. Ia diharuskan bersedekah untuk tiap ruas…

Lihat pos aslinya 730 kata lagi

Burung Namdur, Si Seniman Sarang yang ‘Matre’

Alamendah's Blog

Burung Namdur jantan layak digelari sebagai seniman dan desainer sarang yang hebat dan romantis. Sedangkan burung Namdur betina, lebih tepat jika disebut burung ‘matre’ (materialistis). Pasalnya, Sang Namdur Jantan dikenal sebagai burung yang piawai merancang dan membangun sarang yang unik dan mewah untuk memikat calon pasangannya. Sebaliknya, Si Namdur Betina akan menilai keindahan sarang dan tarian Si Jantan. Jika tidak menyukainya, Si Namdur Betina pun pergi.

Burung Namdur adalah sekumpulan burung dari famili Ptilonorhynchidae yang terdiri atas 19 spesies. Burung Namdur hanya terdapat di Australia dan pulau Papua (Papua Nugini dan Indonesia). Sembilan spesies diantaranya dapat ditemukan di wilayah Indonesia. Bahkan dua jenis diantaranya merupakan burung endemik Papua, Indonesia.

Lihat pos aslinya 571 kata lagi

Hakikat Dakwah


BAB 1

PENDAHULUAN

            Dalam bahasa al-Qur’an, dakwah terambil dari kata yang secara etimologinya memiliki kesamaan makna dengan kata al-nida, yang berarti menyeru atau memanggil.[1]

Menurut A. Karim Zidan, dakwah pada mulanya adalah tugas para rasul.[2] Masing – masing mereka di tugasi untuk mengajak manusia menyembah Allah SWT semata sesuai dengan syari’at yang di turunkan. Ada yang terbatas pada kaum tertentu pula, namun ada juga yang di tugasi untuk mengajak kepada seluruh umat manusia di dunia tanpa mengenal batas waktu seperti nabi Muhammad SAW.[3] Jadi para rasul itu semuanya adalah dai yang mempunyai misi suci mengajak orang ke jalan Tuhan. Setiap seorang rasul wafat, maka di utuslah Rasul berikutnya untuk meneruskan dakwah mengajak manusia kepada tauhid dan tugas itu berkesinambungan antar para rasul hingga di utusnya Nabi Muhammad penutup para rasul.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. HAKIKAT DAKWAH

Ada tiga hal yang disebut sebagai hakikat dakwah islamiah. yaitu bahwa dakwah itu adalah merupakan sebuah kebebasan, rasionalitas, dan universal.

*Kebebasan: islam sebagai agama yang mengajak untuk memikirkan klaim terpenting tentang hidup, dan mati. kebahagiaan dan siksaan, kebahagaiaan dunia dan siksaan. maka dakwah atau misi harus dijalankan dengan penih integritas dari pendakwah dan objek dakwah. bila pihak-pihak tersebut merusak integritas ini dengan cara mencari keuntungan atau memanfaatkan demi tujuan selain kebenaran dari ALLAH merupakan kejahatan besar dalam dakwah. Dakwah islam harus dilakukan dengan serius dan diharapkanditerima dengan komitmen yang sama terhadap kebenaran. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman. harus benar-benar yakin bahwa kebenaran ini meripakan hasil dari penilaiannya sendiri. sebagaimana yang telah disebutkan dalam AL-Qur’an surah (AL-Baqoroh ayat 256)

لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Disitu disebutkan dengan jelas bahwa  kegiatan dakwah itu tidak ada unsur paksaan. Dakwah islam adalah ajakan yang tujuannya dapat tercapai hanya dengan persetujuan tanpa ada paksaan dari objek dakwah. Karena tujuannya untuk menyakinkan objek dakwah bukan memaksa objek dakwah, seseorang yang dengan suka rela atau penuh kesadaran telah memilih suatu agama maka yang bersangkutan telah berkewajiban untuk melaksanakan ajaran tersebut secara sempurna.

*Rasionalitas: ke Dalam islam, manusia merupakan makhluk ALLAH yang lebih unggul dibanding makhluk lain,tinggian dan kelebihan manusia terletak pada akal yang dianugrahkan ALLAH kepadanya, akallah yang membuat manusia memiliki kebudayaan, dan peradaban yang tinggi, Begitu penting peranan akal dalam kehidupan manusia maka kedudukan akal sangatlah penting dalam berdakwah, Karena kalau kita menelaah AL-Qur’an dan hadits, sebagai sumber utama materi dakwah,di samping wahyu, akal memiliki peranan yang besar dalam islam. Dakwah islam merupakan ajaran untuk berfikir, berdebat, dan beragumen. Dakwah islam tidak bisa disikapi dengan sinis, Dakwah harus disampaikan sesuai dengan akal pemikiran yang bisa dibuktikan secara rasional.

*Univesal: Universal dakwah artinya bahwa objek dakwah islam adalah semua manusia tanpa mengenal batasan sedikit pun, Islam memandang bahwa semua orang  memiliki kewajiban untuk mendengarkan bukti dan menerima sebuah kebenaran. Islam mengandung ajaran-ajaran yang berlaku untuk semua tempat dan zaman, Karakteristik dan kualitas dasar-dasar ajaran islam yang mengandung nilai-nilai universal, antara lain berkaitan dengan tauhid, etika, moral, bentuk dan sistem pemerintahan, sosial politik dan ekonomi, partisipasi dan demokrasi, keadilan sosial, perdamaian, pendidikan dan intelektualisme, etos erja, lingkungan hidup, dan sebagainya.

  • Tujuan dan Orientasi Dakwah

Dalam banyak literature, para ahli telah menjelaskan bahwa tema sentral dakwah adalah Islam. Arti dari pernyataan ini adalah dakwah sebagai implementasi dari publikasi ajaran agama, menjadikan islam sebagai wawasan dan basis ruang geraknya sekaligus. Demikian dekat jarak antara keduanya, Sehingga islam dan dakwah tidak memiliki celah kecuali hanya terpaut dalam posisi ideology dan aplikasi, atau antara ajaran dan pengalaman. Sebutlah islam sebagai format dasar tentang konsep pedoman tingkah laku manusia tentang apa yang semestinya, maka dakwah adalah sebuah proses realisasi konsep ini secara implementatif. Sebagai implementatif dari sebuah konsep, seluruh kebijakan dakwah dan langkahnya tidak terlepas dari apa yang telah di gariskan dalam konsep dasar tersebut. Dari sini dapat difahami bahwa tidaklah memiliki wujud yang berdiri sendiri, lebih dari itu, secara hakiki, dakwah adalah bentuk fisik  – empiris dari ajaran islam yang dari situ dakwah mengarahkan setiap kebijakan dan langkahnya.

  • Dakwah Sebagai Kebutuhan Manusia

Dari al-Qur’an di dapat keterangan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjadi wakil Tuhan di muka bumi.[4] Sebagai wakil Tuhan, manusia di tugaskan untuk memakmurkan bumi ini melalui pengembangan potensi – potensi kebaikan yang telah di anugrakan Tuhan, maupun di alam makro (Dunia) maupun di alam mikro (diri manusia). [5] untuk melakukan tugas tersebut Tuhan memberikan dua petunjuk kepada manusia. (1). Petunjuk jiwa yang terdiri dari akal sehat dan nurani. Dan ke (2). Petunjuk agama. Dengan kedua petunjuk ini, manusia dapat membedakan yang baik dan bermanfaat dari yang buruk dan merusak kehidupanya. Apabila manusia mengikuti kedua petunjuk itu, ia mampu mengembangkan segala potensi kebaikan, apakah itu di alam mikro bahkan juga di alam makro.[6]

  • Hukum Kewajiban Dakwah

Sayyid Quthub, termasuk yang berpendapat bahwa hukum dakwah itu adalah wajib ‘ain. Menurutnya dakwah merupakan konsekuensi logis dari iman. Iman dipandang eksis bila diwujudkan dalam bentuk amal shaleh dan dakwah. [7]Namun demikian pada kesempatan lain menurut Sayyid Quthub, bahwa memerlukan jema’ah inti yang seluruh hidumya dibaktikan untuk berdakwah. Dari pandangan ini berarti Sayyid Quthub dapat di golongkan dalam kelompok ulama yang mendukung ganda dakwah, wajib individu, dan kolektif sekaligus.

  1. ILMU DAKWAH

Dalam konteks pengembangan ilmu, boleh jadi, ilmu dakwah merupakan disiplinyang paling menderita di antara disiplin-disiplin lain yang ada. Alasanya sederhana. Sebagai disiplin baru, ilmu dakwah belum memiliki tradisi keilmuan yang mapan di banding disiplin-disiplin lain. Bahkan pun di bandingkan rekan-rekanya sesama ilmu agama. Dengan agak sinis sebagaian orang-orang bertanya: Bagaimana ceritanya dakwah bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu mandiri? Inilah satu dari sekian banyak tantangan paling muhim yang harus dujawab oleh para fungsionaris Fakultas Dakwah.

Di sisi lain, justru ketiadaan pengalaman yang mapan dalam tradisi keilmuan ini menjadikan ilmu dakwah sebagai disiplin yang paling challenging. Ia menjadi sesuatu yang leluasa untuk diutak-atik sedemikian rupa, di sorong kesana, di tarik kemari. Dan menurut saya ini adalah lahan dan tantangan paling menjajikan bagi community of reseaechers, yakni dosen-dosen Fakultas Dakwah sendiri. Mereka leluasa untuk berijtihad hendak di jadikan dan di bawa ke mana ilmu dakwah ini.

Pada wilayah lain, ketiadaan tradisi keilmuan dakwah yang panjang dan matang, juga membuat ia leluasa untuk meminjam ilmu-ilmu lain yang sudah ada dan mapan untuk di jadikan sebagai ilmu bantu dakwah. Sebagai missal, ilmu-ilmu sosial yang sudah mapan, seperti sosiologi, komunikasi, dan psikologi di minta bantuanya untuk memperkokoh posisi dakwah sebagai llmu.

Pada wilayah yang lain lagi, ketiadaan tradisi keilmuan yang mapan tadi, juga sering memunculkan ibarat kalau ilmu dakwah ini bagai hutan belantara gelap yang amat menyeramkan. Ia adalah belukar lebat yang menunggu sentuhan tangan-tangan dingin dan terampil untuk mengubahnya menjadi taman yang rindang dan menyenangkan.

BAB III

KESIMPULAN

Dalam bahasa al-Qur’an, dakwah terambil dari kata yang secara etimologinya memiliki kesamaan makna dengan kata al-nida, yang berarti menyeru atau memanggil.[8]

  • HAKIKAT DAKWAH

Tiga hal yang disebut sebagai hakikat dakwah islamiah. yaitu bahwa dakwah itu adalah merupakan sebuah kebebasan, rasionalitas, dan universal.

*Kebebasan: islam sebagai agama yang mengajak untuk memikirkan klaim terpenting tentang hidup, dan mati.

*Rasionalitas: ke Dalam islam, manusia merupakan makhluk ALLAH yang lebih unggul dibanding makhluk lain.

*Univesal: Universal dakwah artinya bahwa objek dakwah islam adalah semua manusia tanpa mengenal batasan sedikit pun, Islam memandang bahwa semua orang  memiliki kewajiban untuk mendengarkan bukti dan menerima sebuah kebenaran

  • ILMU DAKWAH

Dalam konteks pengembangan ilmu, boleh jadi, ilmu dakwah merupakan disiplinyang paling menderita di antara disiplin-disiplin lain yang ada. Alasanya sederhana. Sebagai disiplin baru, ilmu dakwah belum memiliki tradisi keilmuan yang mapan di banding disiplin-disiplin lain. Bahkan pun di bandingkan rekan-rekanya sesame ilmu agama. Dengan agak sinis sebagaian orang-orang bertanya: Bagaimana ceritanya dakwah bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu mandiri? Inilah satu dari sekian banyak tantangan paling muhim yang harus dujawab oleh para fungsionaris Fakultas Dakwah.

DAFTAR PUSTAKA

  • Agus Ahmad Safe’I, M. Ag. Kajian Ontologi Dakwah Islam, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004.
  • Aep Kusnawan, M.Ag. Ilmu Dakwah, Pustaka Bani Quraisy,Bandung, 2004.
  • Dr. A. Ilyas Ismail, MA. Filsafat Dakwah Rekayasa membangun Agama dan Peradaban Islam.Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011.

[1] Muhammad Hasan al-Jamsi, al-Du’’at wal Da’awat al-Islamiyah al-Mu’’asirah (Damaskus: Dar al Rasyid, tt), h.24.

[2] Abdul Karim Zaidan, Op. Cit.,h. 308.

[3] Ibid

[4] Lihat QS. Al- Baqoroh/2:30

[5] Abdul Halim, ed., Theology Islam Rasional, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) h. 105.

[6] Marcel A. Boisard, L’Humanisme De L’Islam, Alih bahasa M. Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), Cet. Pertama.

[7] ‘Abd. Allah Nasih ‘Ulwan, Silsilah Madrasah al-Du’’at, Op. cit., h. 95.

[8] Muhammad Hasan al-Jamsi, al-Du’’at wal Da’awat al-Islamiyah al-Mu’’asirah (Damaskus: Dar al Rasyid, tt), h.24.

http://sangpenyairharapan.blogspot.com/